Sungguh tak terlupakan motoran ke luar kota Ahad Desember lalu. Pengalaman singkat impresi riding Honda CB150X di jalur Puncak Pass dan menginap dua malam di hotel minimalis bergaya modern. Cara sederhana melepas penat dari rutinitas.
Bersyukur PT Astra Honda Motor (AHM) meminjamkan motor aventure CB150X tipe SE tahun 2022. Walau sudah jalan tahun ketiga, tapi mileage-nya masih rendah 5.500-an kilometer. Kondisi ban pun masih sangat aman 80%.
Awalnya ragu sosok ‘CBX pekgo’ jangkung setinggi 1.309 mm ini dikendarai. Tinggi joknya saja 817 mm dan ground clearance 180 mm. Bayangkan, badan saya setinggi 165 cm jajal duduk di jok dan kedua kaki menjulur jinjit balet mengimbangi motor berdiri.
Untungnya motor berbobot 139 kg ini tergolong ringan dan fleksibel saat mencoba bergerak maju-mundur. Bahkan balik kanan di parkiran bertumpu pada standar samping sambil mengangkat miring bodi berputar 90°, itu mudah dilakukan.
Intinya, tidak seseram dan seribet yang dibayangkan.
Sport Touring Adventure Agresif
Motor Big Bike look ini desainnya blasteran CB500X & CB150R. Hadirnya Honda CB150X adalah jawaban AHM untuk memenuhi keinginan pasar motor adventure. Yakni, para penggemar motor sport touring namun juga doyan melipir adventure ke jalur off-road ringan.
Berangkat solo riding dari Bintaro menuju Puncak Pass, seperti biasa perjalanan tersendat oleh parahnya kemacetan di persimpangan Ciawi. Antar kendaraan saling berebut berhimpitan. Ini menjadi tantangan dimensi CB150X yang punya panjang 2.031 mm dan lebar 796 mm ini bermanuver.
Dibekali mesin 4 langkah 149 cc, DOHC, 4 katup, pendingin cairan dan 6-percepatan menghasilkan output 11,5 kW (15,6 ps) /9.000 rpm (beda 1 ps lebih rendah dari CB150R) serta torsi 13,8 Nm/7.000 rpm. Alhasil tenaganya responsif dan agresif. Bermanfaat sekali di kemacetan yang membutuhkan momentum bergerak cepat.
Rasio gigi 1,2 dan 3 terasa ‘kasar’ dan rapat di putaran 3.000-4.000 rpm. Honda meracik ulang ECU CB150R Streetfire yang mengutamakan torsi pada CB150X. Saya pun tak merasakan tarikan yang lemot di setiap putaran. Melainkan kesinambungan akselerasi setiap percepatan, yang jika tak sengaja start di gigi 2 masih terasa perfomanya.
Tenaga menengahnya pun tak kalah responsif seiring panel grafik naik di putaran 6.000-7.000 rpm di peringkat gigi 3,4 dan 5. Saya pun mendapat kenikmatan di level ini ketika menghelanya di kondisi ruas jalan yang kondusif. Tanjakan panjang. Atau twisty, meliuk selepas kebun teh arah Cipanas. Kita tinggal buka dan tutup tuas gas menyesuaikan posisi gigi dan kecepatan yang diraih. Betul-betul memuaskan adrenalin.
Settingan suspensi tinggi pun ikut mewarnai serunya motoran kali ini. Diracik pas pada sokbreker depan up-side down Showa SFF-BP 37 mm lebih tinggi 30 mm dari CB150R. Yang memilik travel ayunan 15 cm (150 mm). Asyik menerabas jalanan rusak. Monosok belakang disetarakan. Jenis progresif 324 mm sroke 20 mm, meski berbeda kerapatan ulir atas dan bawah mengantisipasi ketika beban motor bertambah.
Berubahnya genre adventure sekali pun pada motor ini, memacu di level top gear makin terasa nyaman. Kaca perisai angin atau windshield, membantu derasnya udara di kecepatan tinggi. Bahkan lubang kecil di tengah bermanfaat menyegarkan ruang hampa tubuh pengendara. Panel instrumen juga terbaca jelas. Ordometer, RPM, Trip meter A & B, Fuel Avg. A & B dan rela time. Sayangnya, kurang fitur tombol hazard.
Berkendara selama dua jam riding, celakanya pantat mulai terasa panas imbas jok tipis. Yang mestinya bisa bisa direkondisi tambahan busa latex yang lebih lentur. Parahnya lagi, merembet ke nyeri pinggang di posisi ergonomis posisi duduk tegak selama berkendara.
Konsumsi BBm Pertamax 42 Kilometer per Liter
Toh, semua kekurangan itu akhirnya terobati setibanya di Bandung sore hari. Saya bisa beristirahat dan rebahan, tidur nyenyak di penginapan low budget Rp 130 ribuan per malam.Tepatnya beralam di Hotel Capsule Nindya Biodistric di kawasan Cikutra.
Ada dua jenis pilihan kamar kabin dan kamar kapsul yang dibedakan posisi kasur nya dengan anak tangga. Tapi biar pun ukuran kamar pas-pasan kenyamanannya terjamin. Disediakan laci locker berukuran 50 cm persegi, lebih dari cukup menyimpan helem, ransel, jaket dan sepatu.
Sementara kamar mandi dan wc saling berbagi dalam satu ruangan full AC. Berdekatan dengan bilik kamar berjumlah 20 pintu per lantainya di gedung tiga tingkat yang dihubungkan lewat lift. O ya, keluar masuk penghuni hotel diberikan kartu akses dan diawasi cctv setiap sudut ruangan.
Last but not least. Setelah riding dan stay dua hari menyenangkan, ada catatan penting soal konsumsi bahan bakar Honda CB150X yang tergolong irit dikelasnya. Tanpa membandingan jenis motor matik ber-cc sama. Nah, setelah menggunakan metode full to full motor adventure ini, hasilnya hanya menghabiskan 5,2 liter Pertamax untuk jarak tempuh 220 km. Atau rata-ratanya 42 km per liter.
Hasil real time tersebut memang berbeda fakta di panel digital instrument bensin. Kisarannya 49 hingga 52 km per liter. Mungkin saja itu rasio konsumsi ideal pemakaian bahan bakar menurut pabrikan. Mengingat karakter agresif berkendara saya bermain di putaran tinggi hingga 9.000 rpm. Bahkan pengetesan top speed sepulang dari Bandung meraih 115 kpj di trek lurus jembatan Rajamandala, Cianjur.
Overall, kencan dua hari sensasi riding Honda CB150X SE ini meninggalkan jejak kenangan tak terlupakan. Selain nyaman dan aman dikendarai di segala medan jalan mulus dan rusak. Terlebih yang tak bisa dipungkiri soal keiritannya. Dengan kapasitas penuh tangki bensin sekali isi Pertamax 12 liter, motor ini bahkan bisa menjangkau jarak hingga 500 kilomter lebih. Sejauh perjalanan Jakarta ke Semarang.
Mantap!